Bayi
"Anak-anakku banyak… dan kini aku baru saja melahirkan…", protes Halimah berkeberatan. "Aku mohon, asuhlah dia… atau aku akan membiarkannya hingga mati kelaparan !", balas si wanita tersebut seraya menyerahkan bayinya kepada Halimah.
Pada saat itu, mereka semua sama-sama belum mengetahui bahwa bayi itu kelak akan tumbuh menjadi seorang yang sangat berpengaruh di negeri kelahirannya, bahkan pengaruhnya akan meluas hingga ke beberapa penjuru dunia.
Racun
"Kau… berani sekali… meracuni… ibumu sendiri!", terdengar suara lirih yang terucap terbata-bata dari mulut si wanita. "Tidak! Justru engkaulah yang telah meracuni dan mencemari semuanya! Dan aku akan memperbaikinya mulai detik ini!", bisik si remaja dengan senyum sinis pada raut wajahnya yang tampak dingin.
"Kelak kau akan pula mati diracuni!", kutuk si wanita itu sambil mengarahkan telunjuknya ke wajah si remaja itu. Lalu wanita itu pun menghembuskan nafasnya untuk yang terakhir kalinya, dengan mulut berbusa dan pandangan bola mata yang melotot seakan-akan sedang menatap tajam – penuh kebencian – ke arah sosok yang berada di hadapannya itu.
Nama
"Aku ini siapa?! Aku bahkan tidak mengetahui siapa nama bapakku… Aku bukanlah siapa-siapa! Mereka bebas menyebutku dengan sebutan apa saja yang mereka sukai; termasuk menyebutku anak babi! Suatu saat nanti, aku akan memiliki namaku sendiri, seperti halnya para pembesar itu!", geramnya di dalam hati.
Dan memang, kehendaknya itu akan benar-benar terjadi di kemudian hari. Dia bahkan kelak akan memiliki banyak nama – seratus nama! Satu nama untuk dirinya sendiri, dan selebihnya untuk versi diriNya yang lain.
Pemberontakan
"Semua peradaban konyol ini tercipta karena ulah anak-anak buangan! Musa adalah anak buangan Fir’aun; dan dia jelas bukanlah orang Israel! Begitu pula dengan Yesus; dia bukanlah anak seorang perawan seperti apa yang mereka dongengkan. Yesus adalah anak seorang pelacur, dan dia pula yang menggauli pelacur! Mereka adalah anak-anak yang tidak diakui oleh bapaknya, sehingga mereka berkhayal tentang versi lain dari bapaknya masing-masing. Sedangkan aku menamai bapakku dengan budak Tuhan – budakku – bukannya Abdulatta, Abduzza, ataupun Abdumanat. Dan semua orang memang adalah budakku – atau mereka harus mati!", ketusnya dalam lamunan.
Susu
"… Mungkin engkau mampu melunasi semua hutang budi, tetapi ada satu hutang budi yang takkan pernah bisa engkau mampu untuk membayarnya – yakni: air susu ibumu!...", tegasnya dengan suara lantang. Semua orang pun tertegun, beberapa di antara mereka bahkan tak kuasa lagi menahan air matanya karena mereka begitu tersentuh dan terharu mendengar ceramahnya yang meluap-luap itu.
Dia menyatakan hal yang demikian itu bukan karena dia sangat mengasihi ibunya, melainkan karena dia merasa tidak pernah berhutang budi apapun kepada siapapun juga – termasuk pula kepada ibunya, yang dahulu bahkan enggan menyusuinya.
"Wanita pelacur itu yang seharusnya banyak berhutang budi kepadaku, karena akulah yang menamainya wanita yang bisa mengemban kepercayaan – sehingga orang-orang bodoh itupun turut menyebut dia demikian. Yah, orang-orang mati memang bisa dipercayai untuk menyimpan rahasia", gumannya dalam hati.
Lolita
"Akan tetapi, bukankah kita ini bersaudara?!", ujar Bakr terkejut seraya hampir tak percaya bahwa sahabatnya ini tampak begitu bernafsu dengan anak perempuannya yang masih di bawah umur. "Kita memang bersaudara di dalam ikatan pertalian agama, namun kita belumlah menjadi bersaudara di dalam ikatan pertalian darah…", begitu jawabnya.
Bakr hanya bisa menunduk pasrah. Pada saat itu, tak ada satu orang pun di pelosok negeri yang berani membantah keinginan pemuda itu.
Bakr tidak menyadari bahwa akibat dari tindak tunduknya ini menimbulkan dendam dan luka yang teramat dalam di hati puterinya, yang pula hal ini akan membuat puterinya itu kelak menjadi salah seorang dalang di balik pelbagai pembunuhan, perpecahan, dan peperangan pada masa-masa mendatang di dataran negeri padang pasir tersebut.
No comments:
Post a Comment